Ada tiga Peristiwa penting yang melatarbelakangi nama Desa Kramat. Pertama, Adanya batu peninggalan yang memiliki jejak atau bekas orang duduk, konon menurut cerita leluhur, bahwa yang sering singgah dan duduk serta dijadikan tempat semedi seorang ulama besar dan diakui sebagai Wali Allah yakni Syekh Maulana Ishak. Kemudian dinamakan Palenggian (tempat duduk) yang sekarang menjadi Dusun Palenggian.
Kedua, keanehan sebuah sumur dimana sumber air yang dihasilkan sangat banyak dan tidak kering walaupun pada musim kemarau yang berkepanjangan asalkan pada sumur itu disediakan kotak (makanan tradisional madura) sehingga masyarakat menamakan sumur tersebut dengan somor kolak dan diabadikan menjadi Dusun Morkolak.
Ketiga, Peristiwa terkutuknya seorang juragan tambak, dimana saat itu ada seorang ulama ingin meminta hasil panennya untuk diberikan kepada fakir miskin, namun juragan tambak tersebut tidak mempedulikan. Terkutuklah juragan tersebut dengan kata kata “jadilah ikan keper semua” yang tadinya berlimpah hasil udangnya berubah menjadi ikan keper, kemudian masyarakat menamakan tempat itu dengan sebutan Keper sampai sekarang. Ketiga peristiwa tersebut sampai sekarang menjadi nama dusun di Desa Kramat. Dari peristiwa diatas masyarakat beranggapan bahwa daerah ini merupakan daerah yang penuh dengan kejadian aneh (mistis) dan memiliki nilai "kualat" yang tinggi. Kemudian dijadikanlah Desa KRAMAT sebagai nama Desa Ini.
Berikut Hirarki Pemerintahan Desa Kramat sejak Jaman Belanda :
Ø Jaman Belanda 1 dan Jepang : Dacol
Ø Jaman Belanda II : Samadi
Ø Tahun 1960an : Ramli dan Muin
Ø Tahun 1983 – 1997 : H. Marzuki
Ø Tahun 1997 – 2002 : Pjs. Moh. Zahri
Ø 2002 – 2012 : Moh. Hasan
Ø 2012 – 2015 : Pjs. Moh. Zaili
Ø Tahun 2015 : Pjs Moh. Sukri
Ø 2015 - 2021 : Moh. Nasir
Ø 2021 sampai sekarang : Lukman Hakim
0 Komentar