Kehidupan Desa Kramat


Pendidikan
Pendidikan masyarakat di Desa Kramat Kabupaten Bangkalan masih tergolong rendah, hal ini disebabkan oleh rendah perekonomian masyarakat serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan. Ada beberapa lembaga pendidikan di desa kramat, yaitu TK Roudatul Islamiyah, Madrasah Diniyah roudatul islmayah, Madrasah Diniyah Sabilul Hidayah, SDN Kramat 1 dan SDN Kramat 2, SMPN 7 serta 1 Madrasah Ibitidaiyah Thariqul Muhtadin.
Akan tetapi sebagian besar masyarakat hanya menempuh pendidikan sampai pada jenjang SMP (Sekolah Menempuh Pertama) dan untuk jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas) masih terbilang sedikit karena sebagian besar para remaja di Desa Kramat memilih bekerja keluar kota (perantau) yang didominasi menjadi tukang cukur rambut.
Untuk fasilitas dan sarana prasarana pendidikan yang ada di Desa Kramat dapat dikatakan sudah memadai, hal ini dapat dibuktikan dari ketersediaan media yang diberikan oleh guru kepada siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, namun untuk memberikan informasi atau memakai media online masih mengalami kesulitan dalam hal ini disebabkan akses internet yang kurang baik.
Namun patut untuk dibanggakan karena sebagian remaja yang menempuh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran yang diberikan sudah pada tingkatan kitab tafsir jalalain yang mana pelajaran ini sangat penting untuk memahami bacaan-bacaan Al-qur’an serta makna yang terkandung.

Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan suatu desa. Tingkat kemajuan suatu desa dapat terukur dari aspek ini melalui data fasilitas dan pelayanan kesehatan, serta kondisi kesehatan masyarakat yang ada di desa tersebut. Kesehatan di Desa Kramat sendiri tergolong baik, walaupun fasilitas kesehatan yang lumayan banyak. Desa Kramat memiliki posyandu, polindes dan poskesdes. Desa Kramat memiliki 20 kader dalam membantu masyarakat Desa Kramat, dengan 6 kader yang  terdapat di dusun Morkolak Timur, 1 perawat dan 1 tenaga bidan. Dengan jam kerja mulai dari jam 07.00-12.00 WIB tanpa dipungut biaya sepeserpun. Namun, diluar jam kerja tersebut, masyarakat dikenai biaya kesehatan dengan mendatangi bidan di kediamannya.
Kesehatan sebagai tolak ukur terhadap keberhasilan pembangunanan taraf hidup masyarakat Desa Kramat bedasarkan data yang ada. Mengingat letak geografis dari Desa Kramat sendiri yang terdapat diantara hamparan perkebunan salak, tidak heran pernah terjadi wabah demam berdarah yang dialami oleh masyarakat Desa Kramat. Tak hanya itu, menurut pengakuan dari salah satu kade,r keluhan penyakit yang sering dialami oleh masyarakat adalah penyakit nyeri pada lutut mereka yang sering disebut dengan penyakit linu. Penyakit linu sendiri kebanyakan dialami oleh masyarakat terutama kaum perempuan, dikarenakan kebanyakan kaum lelaki di Desa Kramat memilih untuk merantau sehingga urusan untuk mengurus kebun mereka didomisili oleh kaum perempuan.
Akses untuk fasilitas kesehatan kini menjadi lebih mudah dan tidak merepotkan masyarakat untuk mendapatkan fasilitas kesehatan. Peralatan kesehatan terbilang baik dengan tersedianya obat-obatan juga yang terbilang lengkap. Salah satunya, pengobatan gratis bagi para lansia di posyandu. Tak hanya itu, masyarakat juga sadar akan kesehatan mereka. Hampir seluruh masyarakat desa memiliki jaminan kesehatan yang disediakan pemerintah. Mereka juga sadar akan kesehatan bayi/balita mereka dengan mengingat setiap tanggal 2 untuk melakukan imunisasi. Hal itu semua tidak lepas dari usaha para kader dan segenap pelayanan kesehatan dengan melakukan sosialisasi akan kesehatan dan bertindak cepat jika terjadi keluhan di masyarakat salah satunya GERMAS dan imunisasi difteri.


Air Bersih
Air bersih menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi setiap orang. Begitupula dengan warga di desa Kramat. Kebutuhan air bersih di desa Kramat sudah sangat memadai, meskipun tidak menggunakan air dari PDAM kebutuhan air bersih di desa Kramat tidak pernah sekalipun mengalami krisis atau kekurangan air bersih meskipun pada saat kemaru panjang. Kebutuhan air bersih di desa Kramat didapatkan warga melalui pembuatan sumur bor yang di bantu menggunakan mesin untuk mempermudah mendapatkannya. Selain mengguanakan mesin ada pula sebagian warga yang tetap mempertahankan menggunakan sumur buatan dengan membuat lubang dengan menggunkan katrol untuk mengambil air tersebut, alasannya adalah, sumur katrol memberikan solusi ketika listrik padam, sehingga meskipun listrik tengah padam air bersih dapat mereka dapatkan dengan mudah.
Keberadaan desa Kramat yang berjarak dekat dengan laut tidak membuat air bersih yang ada di desa tersebut menjadi terpengaruh oleh air laut yang asin. Namun, ada sebuah dusun di desa Kramat yang dimana air bersih yang tersedia di sana sedikit berbau tidak sedap yakni di dusun “Keper”, kendati demikian hal tersebut tidak memberikan permasalahan kepada masyarakat, karenannya ada salah satu sumur yang ada di desa tersebut yang airnya tidak memiliki bau, meskipun sumur tersebut milik salah satu warga namun mereka menggunakannya bersama-sama. 
Dalam memenuhi kebutuhan air untuk minum warga desa Kramat tidak menggunakan air dari sumur mereka lagi, mereka memilih untuk membeli air isi ulang di beberapa gerai yang telah tersedia.




Mata Penceharian dan Perekonomian
            Kondisi perekonomian di Desa Kramat masih tergolong dalam taraf menengah kebawah, hal ini dikarenakan mayoritas mata pencaharian warga adalah mayoritas seorang petani padi. Mereka hanya bisa mencukupi biaya makan sehari-hari dan biaya sekolah anak mereka. Itu pun ada sebagian yang tidak bisa mengenyam bangku sekolah karena keterbatasan biaya.
            Para remaja yang baru lulus dari bangku SMP, SMA/SMK/sederajat memilih pergi merantau untuk mencari pekerjaan. Mereka merantau ke berbagai daerah seperti, Papua, Makasar, dan Jawa Tengah. Mereka merantau dan bekerja sebagai tukang potong rambut. Anggapan yang beredar bagi kalangan masyarakat Desa Kramat sendiri adalah bagi mereka yang merantau penghasilannya lebih besar dibandingkan menjadi petani di Desa sendiri.
            Adapun untuk para ibu mereka bermata penceharian sebagai petani salak, terlebih khusus pada ibu-ibu di Dusun Morkolak Timur. Mereka Bekerja mulai dari merawat, panen, dan kemudian mengolahnya menjadi sebuah produk yang dapat disantap dan dijual sebagai ciri khas makanan dari desa mereaka. Misalnya, kurma salak, dodol salak, coklat salak, kopi slaak, sirup salak dan masih banyak produk olahan lainnya yang berbahan dasar buah salak.



            

Posting Komentar

0 Komentar